Dalam kajian tasawuf, syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan sosok yang tak asing lagi. Orang-orang sufi menyebutnya sebagai Sulthanul Aulia, raja para wali, sedangkan di Barat dikenal sebagai Shultanof of The Saints, raja orang-orang suci. Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini menarik untuk dibincangkan, karena karomah-karomah melegenda yang dimilikinya. Hal tersebut tak lepas atas ikhtiarnya menjadi hamba yang takwa kepada Allah SWT sekaligus manusia pilihan untuk menebar teladan umat manusia bagi mereka yang mau mengambil hikmah. Kendati Nabi Muhammad SAW merupakan khatamul anbiya penutup para nabi, hakikatnya Allah tidak pernah berhenti mengutus orang-orang pilihan untuk memberi petunjuk kepada manusia yang tersesat. Manusia pilihan itu disebut dengan para wali yang kedudukan derajatnya tetap lebih unggul para nabi dan rasul. Syahdan, atas izin Allah para wali ini memiliki karomah-karomah atau sesuatu kejadian luar biasa yang bisa dikatakan tak masuk nalar manusia yang hanya terjadi kepada mereka berpangkat waliyullah atau kekasih Allah. Memang, bukan hanya para wali yang dapat melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Para dukun, penyihir, dan mereka yang memiliki ilmu gaib juga bisa seolah-olah memiliki karomah. Namun, itu sesuatu yang berbeda. Para wali menggunakan karomahnya untuk mengajak manusia pada kebenaran Tuhan, tidak meminta agar disembah, kesaktiannya tidak bertujuan menyakiti orang lain, mencegah kemungkaran di muka bumi, dan sebagai pertunjukkan adanya keagungan Allah yang diberikan kepada manusia. Sebaliknya, mereka yang bukan wali menggunakan kelebihannya mengajak pada kemusyrikan, melukai orang lain, dan kesesatan lainnya yang jauh dari nilai-nilai kebenaran. Dari sekian banyaknya karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani, penulis hanya mencatat tiga karomah. Pertama, dimulai dari rekam jejaknya saat dalam kandungan, yaitu al-Jailani seorang anak yang dilahirkan dari perempuan yang usianya sangat renta, yaitu 60 tahun. Padahal, usia tersebut sangat tidak memungkinkan bagi Wanita yang dapat melahirkan secara normal dan sehat, tetapi ini kehendak Allah yang telah mengatur segalanya. Konon, sejak bayi al-Jailani telah berpuasa. Tatkala bayi yang kerap menangis saat kehausan, saat puasa al-Jailani enggan menyusu sampai waktu maghrib tiba ia baru kemudian menangis. Tanda bukti, ia berbuka dan meminta untuk menyusu. Sampai-sampai orang di sekitarnya kerap bertanya pada ibu al-Jailani untuk memastikan waktu Ramadhan, yang mana zaman dahulu masih sulit menentukan terlihat atau tidaknya hilal. Kedua, saat usia al-Jailani menginjak remaja ia hendak membajak sawah di ladang dengan seekor sapi. Tiba-tiba seekor sapi dapat berbicara seperti halnya manusia, sapi itu mengatakan, ââ¬ÅHai Abdul Qadir, engkau tidak dijadikan untuk ini dan tidak diperintahkan Mendengar itu, ia ternganga dengan keajaiban yang ada. Ini mungkin peristiwa aneh, tapi demikian Allah Maha Berkehendak. Alhasil, al-Jailani berpamitan pada ibunya untuk meminta izin menuntut ilmu. Ibunya, bertanya mengapa putranya tiba-tiba berpikir demikian. Al-Jailani menceritakan kisahnya, sang ibu terharu dan menyadari anaknya tidak dilahirkan menjadi orang biasa, melainkan ditakdirkan memiliki derajat mulia sebagaimana waliyullah. Al-Jailani menuntut ilmu, dengan berbagai suka dan duka, hingga tumbuh menjadi seorang ilmuwan dan sufi yang dikagumi banyak orang. Ketiga, berdasarkan dari sumber menurut Syaikh Jaââ¬â¢far al-Barzanji sebagaimana yang dijelaskan dalam karangannya yang berjudul Al-Lujain Ad-Dhani. Kisah seorang Wanita yang menitipkan anaknya untuk belajar dan mengabdi kepada Syekh Abdul Qadir. Namun, suatu hari ibu tersebut menjumpai anaknya sangat kurus dan tidak terurus tengah memakan roti yang kasar. Hal itu dikarenakan, tirakat yang harus ditempuh suluk agar mujahadah, melawan hawa nafsu. Melihat itu, ibunya marah kepada Syekh Abdul Qadir yang justru sedang menikmati tulang belulang ayam. Lantas Syekh Abdul Qadir mengumpulkan tulang-tulang tersebut, atas izin Allah tulang ayam yang remuk tadi, berwujud menjadi ayam hidup. ââ¬ÅJika anakmu sudah dapat seperti ini, ia boleh makan apapun yang dikehendaki,ââ¬Â ujar Syekh Abdul Qadir. Demikian tiga dari sekian banyak karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Kiranya dari adanya karomah tersebut, kita dapat mengambil hikmah. Yakni, siapapun yang bisa mengistimewakan Allah mengabdikan diri dari segala kehidupannya, maka Allah akan mengistimewakan manusia tersebut atas izinnya. Para wali merupakan orang-orang yang mengistimewakan Allah di atas segala-galanya, dunia yang fana tidak mampu menggoyahkan hatinya untuk terus memprioritaskan hatinya hanya berzikir menyebut Allah yang esa.
Liputan6.com, Semarang - Ulama kharismatik asal Turki, Syekh Muhammad Fadhil Al Jaelani Al Hasani yang merupakan cucu ke-25 ulama besar Syekh Abdul Qodir Jaelani mengunjungi Semarang. Syekh Dr Muhammad Fadhil tiba di Balai Kota Semarang, Rabu, didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Al Zuhri Semarang, Gus Lukman disambut langsung Wali Kota Indramayu, NU OnlineSyekh Fadhil al-Jailani, cucu sekaligus peneliti karya-karya fenomenal Syekh Abdul Qodir al-Jailani, berpesan kepada umat Islam untuk melaksanakan ziarah ke makam orang yang telah wafat, khususnya para ulama dan kekasih ulama yang berdomisili di Turki ini, doa dari orang-orang hidup akan sampai kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia, utamanya orang-orang shalih dan para wali Allah. âMeski jasadnya sudah dukubur dalam tanah, namun beliau-beliau itu tahu ada orang-orang berziarah, dan mendengar apa yang diucapkan oleh orang-orang yang berziarah di kuburnya,â menyampaikan hal itu saat member taushiyah di sela-sela ziarah ke makam tokoh NU Jawa Barat KH Afandi Abdul Muin Syafi'i yang akrab disapa Abah Afandi yang wafat sebulan lalu, di Indramayu, Jawa Barat, Jumat 2/9.âSudah semestinya muslimin berziarah ke makam-makam para wali dan ulama untuk bertawassul mendekatkan diri pad Allah subhanahu wataâala. Karena sejatinya beliau-beliau hanya jasadnya saja yang meninggalkan dunia fana ini," antara tanda-tanda amal para ahli surga, papar Syekh Fadhil, adalah orang-orang yang cinta ilmu syariat, pelayan para pencari ilmu, dan pembimbing ibadah masyarakat. âSaya tahu almahfurlah Syekh Afandi Abdul Muin adalah bagian dari golongan tersebut, apalagi almarhum ini punya amal jariyah berupa besar anak-anak shalih yang berpendidikan tinggi yang selalu mendoakan orang tuanya. Karenanya insyaallah almarhum adalah ahli surga," tutur Syekh Fadhil yang juga doktor ilmu Al-Qur'an itu, seraya diamini oleh Syekh Fadhil di kediaman keluarga Abah Afandi di Pesantren Asy-Syafi'iyyah Kedungwungu Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat diterima sejumlah keluarga dan para kiai daerah diawali doa bersama di rumah almarhum, kemudian tahlilan di Maqbarah Abah Afandi. Kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh ratusan warga dan para santri untuk turut berziarah di makam Abah Afandi bersama cucu sulthanul auliyaâ tersebut. Ahmad/Mahbib HIDAYATUNA.COM - Syekh Mikhlaf al-'Aliy menceritakan bahwa suatu ketika Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berkata di depan murid-muridnya bahwa beliau akan menunjukkan karomah terbesar yang beliau miliki. "Hari Jumat besok aku akan menampakkan pada kalian karomah terbesarku," kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani Fathur Rabbani Mensucikan Jiwa Membuat Hati Menjadi Tenang dan Damai Penulis Syaikh Abdul Qadir JailaniUkuran 530 hlm 16Ã24,5Harga Pencerahan jiwa, ketulusan kata-kata, kekayaan makna, akan Anda temukan di dalam buku ini. Sebuah maha karya wali Allah, Imam, dan ulama besar Syaikh Abdul Qadir Jailani. Dengan membaca dan merenungkannya Anda akan mendapatkan pelajaran berharga tentang nilai-nilai pensucian jiwa. Setelah itu, mudah-mudahan jiwa menjadi tercerahkan, sehingga jiwa ini memperoleh manfaat berupa kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan dalam mengarungi hidup di dunia. Baca Juga Penerbit Alquran & Penerbit Buku Islam Buku ini telah diterjemahkan ke banyak bahasa dan telah dibaca jutaan orang di seluruh dunia-. Buku ini menjadi pegangan bagi orang-orang yang ingin hatinya tenang dan damai, bagi orang yang ingin merasakan nikmatnya kebaikan. Tafsir Al-Jailani, Tafsir Sufistik Karya Syekh Abdul Qodir Al-Jilani yang Pernah Hilang Syekh Abdul Qodir al-Jailani adalah sufi besar Islam yang lahir pada tahun 471 H, di daerah Jilan, Kurdistan Selatan. Beliau juga merupakan pendiri Thoriqoh Qodiriyyah, yang pengikutnya tersebar diberbagai belahan dunia Islam. Syekh Abdul Qodir al-Jailani sendiri, merupakan sosok ulama tasawuf yang mempunyai banyak gelar, salah satunya adalah wali kutub. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani Nama Syekh Abdul Qodir al-Jailani tidak asing bagi masyarakat Islam di Indonesia, khususnya Ahlussunnah wal Jamaâah. Salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Islam aswaja adalah manaqiban. Yaitu membaca manaqib atau riwayat hidup Syekh Abdul Qodir al-Jailani. Sebagai sosok ulama besar Islam, Syekh Abdul Qodir al-Jailani mempunyai banyak karya di berbagai bidang, salah satunya adalah tafsir. Hanya saja, karya-karya Syekh Abdul Qodir al-Jailani tidak begitu banyak yang mengkaji. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani Syekh Abdul Qodir al-Jailani adalah satu dari para ulama tasawuf, yang mempunyai karya dalam bidang tafsir Tafsir al-Jailani. Banyak karya-karya Syekh Abdul Qodir al-Jailani, yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya, dan salah satunya yang pernah hilang adalah kitab Tafsir al-Jailani. Tafsir al-Jailani, menurut para ahli sejarah dan pengkaji tasawuf pernah hilang selama 800 tahun. Dan kemudian ditemukan oleh cucu Syekh Abdul Qodir al-Jailani yang ke-25, yaitu Syekh Fadhil al-Jailani al-Hasani al-jimazraq di perpustakaan Vatikan. Dalam kitab Tafsir al-Jailani, tidak ditemukan alasan yang jelas kenapa Syekh Abdul Qodir al-Jailani mengarang kitab tafsir tersebut. Tetapi berdasarkan keterangan yang ada, Syekh Abdul Qodir al-Jailani menulis kitab-kitabnya karena adanya kekecewaan dengan keadaan masa ketika beliau hidup. Karena pada masa itu, banyak kemunafikan dan kesenangan duniawi yang merajalela, sehingga beliau hijrah dan mengasingkan diri, serta gencar memberikan nasihat-nasihat tasawuf. Hal ini yang, mungkin, menjadi latar belakang beliau menulis kitab-kitabnya termasuk Tafsir al-Jailani. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani Tafsir al-Jailani merupakan kitab tafsir yang menggunakan bentuk al-Iqtirani, yaitu perpaduan antara Tafsir bi al-Matsur dan Tafsir bi al-Raâyi. Syekh Abdul Qodir al-Jailani memadukan antara riwayat yang kuat dan shahih, dengan hasil raâyi yang sehat. Terkadang dalam mengemukakan riwayat, baik asbabun nuzul atau hadis yang mendukung, Syekh Abdul Qodir al-Jailani tidak menyebutkan sanad yang lengkap. Dalam cara menjelaskan atau menafsiri ayat-ayat Al-Qurâan, Syekh Abdul Qodir al-Jailani menggunakan metode bayani, yaitu penafsiran dengan cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qurâan, hanya dengan memberikan keterangan secara diskriptif, tanpa membandingkan riwayat dan memberikan pentarjihan sumber. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani Syekh Abdul Qodir al-Jailani juga menggunakan metode ijmaly. Metode ijmaly sendiri merupakan sebuah metode yang menafsirkan ayat Al-Quran secara global, tidak mendalam dan panjang lebar. Tafsir al-Jailani adalah satu di antara banyak kitab tafsir yang bercorak sufistik. Corak sufistik yang ada dalam Tafsir al-Jailani, tidak bisa dilepaskan dari corak pemikiran pengarangnya yang merupakan salah satu ulama besar dalam dunia tasawuf. Sehingga dalam mengarang kitab tafsir, maka kemungkinan besar akan berimplikasi terhadap penggunaan corak tafsir isyari sufi. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani Corak tasawuf yang terdapat dalam kitab Tafsir al-Jailani sangat terlihat jelas. Bahkan hampir semua ayat yang ditafsirkan, selalu dihubungkan dengan ketauhidan, yang menjadi pokok dari ajaran tasawuf. Selain itu, Syekh Abdul Qodir al-Jailani juga menuliskan lampiran munajat dengan berisi Asmaâul Husna dan syaâir-syaâir sufi Qosidah al-Khomriyah, yang berada di jilid akhir dari kitab Tafsir al-Jailani. Buku Syekh Abdul Qodir Jaelani. Wallahu Alam Buku dari Syaikh Abdul Qodir Jailani silahkan bisa dipesan di whatsapp atau telp ke 0853 1512 9995 Penemuankarya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani oleh cucu ke-23-nya sendiri, Syekh Dr. Muhammad Fadhil, membuat dunia akademik dan pengamal tarekat/tasawuf terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Naskah ini selama 800 tahun menghilang dan baru ditemukan secara utuh di Vatikan. Manuskrip yang berisi 30 Juz penuh ini tersimpan secara baik di perpustakaan.